Minggu, 18 Januari 2015

Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal ? -'

“KULLU nafsin dzaa iqatul maut -Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,” (QS. Ali Imran [3]: 185). Ya kematian adalah hak setiap makhluk hidup, dan kematian adalah tercerambutnya kenikmat
an dunia dari tubuh manusia.
Tak akan ada yang pernah tahu bagaimana kematian datang; rasa dan tanda-tandanya. Ia mengintai setiap saat. Namun, medis selama berabad-abad lamanya terus mencoba berusaha mengungkapkan  apa yang terjadi pada tubuh manusia setelah meninggal.
Dari kacamata medis, sesaat sebelum meninggal, jantung manusia akan berhenti berdetak, nafas tertahan dan badan bergetar. telinga menjadi dingin dan darah berubah menjadi asam serta tenggorokan berkontraksi. Berikut penjelasan rundown atau proses kematian, yang dikumpulkan dari berbagai sumber.
0 Menit: Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.
1 Menit: Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.
3 Menit: Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.
4–5 Menit: Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.
7–9 Menit: Penghubung ke otak mulai mati, efek yang sama terjadi ketika anda menyaksikan sinetron.
1–4 Jam: Rigor Mortis (Fase Dimana Keseluruhan Otot Di Tubuh Menjadi Kaku), dalam fase ini otot menjadi kaku dan rambut berdiri, sehingga terkesan rambut tetap tumbuh setelah mati.
4–6 Jam: Rigor Mortis terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.
6 Jam: Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.
8 Jam: Suhu tubuh langsung menurun drastis.
24–72 Jam: Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri!
36–48 Jam: Rigor Mortis berhenti, dan tubuh selentur penari balerina.
3–5 Hari: Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.
8–10 Hari: Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.
Beberapa Pekan: Rambut, kuku, dan gigi dengan mudahnya terlepas.
Satu Bulan: Kulit mulai mencair.
Satu Tahun: Selain tulang-belulang tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh.

Paus Benedictus: Natal Bukan 25 Desember -'

Oleh: Hj. Irena Handono, Pakar Kristologi

Kontroversi NATAL memang tidak pernah surut dibahas tiap tahun apalagi menjelang peringatannya 25 Desember. Berbagai tulisan mengupas tentang asal-asul peringatan ini berulang-ulang dimuat kembali untuk membentengi umat Islam agar tidak terseret dalam peringatan ini. Tapi bukannya peringatan ini menjadi surut, tapi tiap tahun peringatan ini justru makin meriah walau coreng dibalik peringatan ‘suci’ kelahiran tuhan ini terkuak.

Buku Paus mengupas kebohongan Natal

Kejadian yang cukup menghebohkan dunia Kristen baru saja terjadi adalah pengungkapan jujur dari tokoh besar Kristen yakni Paus Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative’ yang diluncurkan 21/11/2012. Ia membongkar beberapa fakta yang mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain menurutnya,

–          Kalender Kristen salah. Perhitungan tentang kelahiran Yesus yang selama ini diyakini adalah keliru. Kemungkinan, Yesus dilahirkan antara tahun 6 SM dan 4 SM.

–          Materi-materi yang muncul dalam tradisi perayaan Natal, seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya dalam kisah kelahiran Yesus, menurutnya sebenarnya tidak ada. Alias hanya mengada-ada.

–          Paus Benediktus XVI juga mempermasalahkan tempat kelahiran Yesus, menurutnya Yesus bukan lahir di Nazareth sebagaimana yang diyakini secara umum.

“Kami bahkan tidak tahu pada musim apa dia (Yesus) dilahirkan. Semua pemikiran tentang perayaan kelahirannya selama masa paling gelap dari sepanjang tahun, kemungkinan berkaitan dengan tradisi pagan dan titik balik matahari di musim dingin.” John Barton, profesor pakar tafsir naskah-naskah suci Kristen di Oriel College, Universitas Oxford.

Apa kata sumber Kristen tentang Natal?

a.      Catholic Encyclopedia edisi 1911 bab “Christmas” : Natal bukanlah upacara gereja yang pertama … melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus. Dalam bab “Natal Day”:
Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.

b.      Encyclopedia Britannica edisi 1946 : Natal bukanlah upacara gereja abad pertama. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.

c.       Encyclopedia Americana edisi 1944 : Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut … Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus mulai diresmikan pada abad ke-4 Masehi. Pada abad ke-5 Masehi Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.

d.      New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, Christmas :
Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat akrab di masyarakat Roma diambil Kristen … Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tatacaranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopotamia yang menuding Kristen Barat (Katholik Roma) telah mengadopsi model penyembahan kepada Dewa Matahari.

Bibel mengutuk pohon Natal

Tidak ada perayaan Natal tanpa pohon Natal. Padahal sebagaimana dapat dibaca dari buku-buku sejarah, perayaan Natal dan pohon Natal sudah ada semenjak zaman dahulu kala, jauh sebelum Yesus dilahirkan. Perayaan Natal ini sesungguhnya merupakan tradisi lama dari para penganut penyembah berhala (paganisme).

Nimrod atau Raja Namrudz adalah salah satu tokoh yang diyakini dalam paganisme yang tetap hidup abadi meski jasadnya telah tiada. Semiramis ibunya menjadikan pohon evergreen (cemara) yang bisa tumbuh dari kayu yang sudah mati sebagai simbol kehidupan baru Nimrod setelah mati. Dan Nimrod dianggap selalu ada di pohon tersebut tiap hari kelahirannya tiba, sehingga sering dihiasi dengan aksesoris yang gemerlap dan di bawahnya sering diletakkan aneka bingkisan.  Mari kita telaah terlebih dahulu Yeremia 10: 2-5,

Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab ia tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun ia tidak dapat.

Dalam kitab Yeremia (bagian dari Perjanjian Lama) tersebut begitu jelas bahwa Bibel menentang adanya pemberhalaan terhadap pohon kayu. Pertanyaannya, bagaimana dengan pohon Natal? Bibel mengutuk keras pembuatan pohon Natal tapi mengapa umat Kristen yang mengklaim Bibel sebagai pedoman hidupnya malah justru menodai firman Tuhannya sendiri?

Natal Menjadi Budaya

Natal sesungguhnya adalah perayaan penyembah berhala atau kaum paganis yang telah di “baptis” oleh Gereja. Namun apakah umat Kristen berhenti merayakan Natal 25 Desember? Mungkin mereka, golongan orang yang berpikir akan berhenti, tapi ada juga yang tidak. Natal sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat dunia.

Namun yang ironis, mengapa umat Islam kok malah ikut-ikutan memeriahkan Natal? Padahal hukum mengucap selamat Natal dalam Islam sudah sangat jelas, haram.

Dalam “Pesan Natal Bersama Tahun 2012” yang ditandatangani Ketua Umum dan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)”, dinyatakan sebagai berikut:

“Saudara-saudari terkasih, setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh suka cita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia….”

Jelaslah bahwa Natal bukan urusan duniawi, sosial dan seremonial semata, tapi perayaan doktrin ketuhanan Yesus yang sungguh sangat berlawanan dengan aqidah Islamiyah

Ilmuwan Barat : Pelawak Berusia Lebih Singkat -'

SEKALIPUN urusan batas umur seseorang sepenuhnya adalah hak mutlak Allah SWT, namun saat ini para ilmuwan mulai meneliti hubungan antara selera humor seseorang dengan kematian. Menurut anggapan ilmuwan Barat, pelawak dan orang yang memiliki humor tinggi, biasanya mereka tidak berumur panjang.

  Seperti yang dilansir dw pada Sabtu (6/12/2014), kini ilmuwan telah memastikan hubungan antara kematian prematur dan selara humor. Temuan ini disampaikan oleh Institut Kesehatan milik Universitas Mary MacKillop di Australia. Menurut temuan mereka, semakin lucu seseorang maka semakin dini pula ia meninggal dunia.

Profesor Simon Stewart, salah seorang peneliti yang terlibat, mengatakan pelawak paling lucu adalah yang paling terancam.

“Anda tidak bisa memiliki segala sesuatu yang baik tanpa ada hal buruk. Maka mereka ini memiliki kemampuan komedi yang sangat tinggi tapi secara pribadi, tidak sedikit yang menderita depresi atau penyakit mental lain. Kepribadian di balik kejeniusan para pelawak ini memiliki dampak besar pada kesehatan mereka,” ujar Stewart.

Selama penelitian, ilmuwan mempelajari riwayat kesehatan miliki 53 pelawak penutur bahasa Inggris, antara lain anggota Monty Python, grup lawak asal Inggris, serta Robin Williams. Dari 23 pelawak yang dinilai paling lucu, 78 persen di antaranya meninggal dunia secara prematur.

Kelompok ini memiliki tingkat harapan hidup selama 63 tahun, atau sembilan tahun lebih muda ketimbang rata-rata manusia yang dianggap memiliki selera humor ala kadarnya.

Akan tetapi, selaku Muslim kita tak boleh berpatokan pada temuan para ilmuwan Barat Ini. Karena bagaimanapun, takdir dan rahasia kematian seseorng adalah urusan Allah. [sm/islampos/dw]

Syahadat,Kekuatan Umat Islam -'

SYAHADAT merupakan hal pertama yang dilakukan oleh umat Islam untuk meyakinkan keimanannya. Hal ini merupakan salah satu rukun Islam bagi sang juara. Mengapa demikian? Karena dengan mengucapkan kalimat ini maka seseorang dinyatakan telah beriman dan mengikuti pedoman untuk mencapai keselamatan.

Selain memberikan potensi, perlengkapan, kebutuhan bagi manusia, Allah SWT juga memberi bekal berupa sumber yang akan dijadikan pegangan hidup. Dan salah satu yang menjadi pegangan umat Islam adalah rukun Islam, yang salah satunya syahadat ini. Allah memberikan petunjuk ini tiada lain dan tiada bukan adalah untuk pedoman manusia dalam menyelesaikan segala problematikan kehidupan.

Syahadat merupakan arahan pertama yang memuaskan insting manusia untuk mengabdi, menyembah dan mencinta. Dua kalimat sakti ini merupakan tanda seseorang menyerahkan, mengabdi dan tunduk secara total kepada Yang Maha Esa pembawa risalah-Nya.

Dua kalimat ini yang benar-benar dipertahankan oleh umat terdahulu. Mereka rela berkorban demi mempertahankan akidah atau keyakinannya ini. Mereka juga rela fisik dan hatinya disiksa bahkan tersiksa oleh orang-orang yang memang ingin merusak keyakinannya itu. Bahkan mereka rela mati hanya karena mempertahankan akidahnya. Itulah yang menjadi alasan utama yang menjadikan umat Islam pada masa itu menjadi umat yang sangat disegani

Dua kalimat ini merupakan sebuah keputusan untuk mengikuti arahan sesuai dengan fitrah tauhid manusia. Sebuah keputusan yang akan membedakan kualitas dan nilai setiap perilaku manusia.

Kalimat inilah yang membedakan nilai dari setiap kebaikan yang dilakukan oleh umat manusia apakah hanya bernilai sosial ataukah bernilai sosial spiritual. Kebaikan hanya akan berakhir sebagai perbuatan baik di mata manusia yang kehilangan arti di hadapan Tuhannya tanpa dilandasi komitmen dari kalimat ini. [Sumber: Tuhan, Aku Selingkuh Dulu Ya/Karya: Rahmat Susanto/Penerbit: Zaga Media]

Copyright @ 2013 Mari Tambah Wawasan Kita.