SIAPA di dunia ini orang yang tidak menginginkan kesuksesan? Tidak
ada. Ya, tentu, setiap orang pasti mendambakan kesuksesan. Kesuksesan
sudah menjadi target paling utama bagi setiap insan dalam hidup di
dunia. Namun, terkadang kita hanya bisa menginginkan tanpa mengetahui
hal-hal penghambat atau pun penghalang kesuksesan tersebut.
Orang-orang sukses mempunyai kebiasaan yang positif atau kebiasaan
yang bersifat membangun. Sebaliknya, orang-orang yang gagal mempunyai
kebiasaan-kebiasaan buruk (negatif) yang bersifat merusak. Tanpa
disebutkan di sini pun, Anda sudah mengetahui beberapa kebiasaan negatif
yang dimaksud. Di sini hanya akan menuliskan beberapa kebiasaan buruk
secara garis besar saja sekedar sebagai pengingat.
Marilah kita melihat pada diri kita sendiri dan bertanya mengapa
kesuksesan belum di tangan kita. Jika kita mau jujur mengakui, ini
karena kita masih melakukan kebiasaan-kebiasaan negatif yang akan
menghambat kesuksesan.
Misalnya, ketika Anda diundang ke suatu acara, apakah Anda selalu
tepat waktu atau lebih sering datang terlambat? Saat di kantor, apakah
Anda sering menunda-nunda pekerjaan hanya karena hal sepele? Mana yang
paling sering Anda lakukan, menepati janji atau mengingkari janji dengan
berbagai alasan? Waktu Anda diberi kepercayaan oleh seseorang, apakah
Anda memegang kepercayaan itu sepenuh jiwa, atau Anda mengkhianatinya?
Saat Anda bertemu rekan kerja atau orang lain, apakah senyuman selalu
ada di bibir Anda, atau Anda justru bermuka musam?
Ketidakdisiplinan terhadap waktu, mengingkari janji, mengkhianati
kepercayaan, mengeluh, menjelek-jelekkan orang lain, tidak mau belajar,
menyalahkan situasi, bermalas-malasan, atau tidak mau bersyukur adalah
sebagian kecil dari kebiasaan-kebiasaan negatif yang mungkin masih
sering kita lakukan.
Dalam hal waktu, masyarakat kita terlalu permisif terhadap
orang-orang yang datang terlambat. Contohnya, di undangan acara dimulai
pukul 08.00 WIB, tetapi kenyataannya acara baru mulai pukul 09.30 WIB
atau bahkan lebih. Meskipun demikian, masyarakat kita selalu saja bisa
memaklumi bentuk-bentuk keterlambatan seperti ini. Mungkin, ini yang
membuat kita merasa sulit menghilangkan kebiasaan ngaret saat membuat
janji dengan seseorang.
Andrias Harifa, penulis 35 buku best seller dan trainer coach
berpengalaman 20 tahun, menyatakan hubungan antara kebiasaan negatif,
ketakutan berlebihan, dan kebiasaan buruk adalah penghambat gerak
langkah menuju kesuksesan. Ketiganya biasanya saling terkait satu sama
lain, tidak terpisahkan, dan tidak berdiri sendiri. Menurutnya,
kebiasaan negatif bisa lahir dari keyakinan negatif yang cenderung
menimbulkan ketakutan berlebihan. Atau bisa juga ketakutan berlebihan
mendorong munculnya kebiasaan buruk yang menyuburkan keyakinan negatif.
Bisa juga kebiasaan buruk membuat orang merasa takut berlebihan dan
keyakinannya menjadi negatif.
Ketakutan yang berlebihan membuat kita tidak berani mengambil risiko.
Jika Anda ditawari posisi atau jabatan yang lebih baik dari posisi Anda
sekarang, tetapi di bidang lain yang belum Anda kuasai, apa yang Anda
lakukan?
Orang yang berkeyakinan positif akan menyambut baik tawaran tersebut
dan menganggapnya sebagai tantangan. Namun, bagi orang yang berkeyakinan
negatif, bisa jadi ia akan menolak tawaran tersebut. Mengapa? Ya,
karena ia takut tidak mampu menjalankannya dan ia akan kehilangan zona
nyamannya sekarang, padahal ia belum mencobanya.
Jika Anda ingin sukses, satu kata kuncinya. Ubahlah kebiasaan negatif
Anda sekarang juga. Jika ingin sukses, kita tidak bisa mengandalkan
faktor eksternal berubah untuk kita, tapi kitalah yang harus berubah.
Jika menginginkan hal-hal baik, maka kita harus bisa mengubah atau
mengganti kebiasaan-kebiasaan buruk dengan kebiasaan-kebiasaan buruk
dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif. [Sumber: Kebiasaan Orang-orang
Hebat/Karya: Alvin Pratista/Penerbit: Sinar Kejora]
0 komentar:
Posting Komentar