Rabu, 28 Januari 2015

Filled Under:

Ide Pendidikan Karakter Berasal Dari Israel -'

SIAPA tidak tahu Pendidikan Karakter? Format pendidikan model Barat ini kini tengah menjamur di sekolah-sekolah. Para pejabat tinggi kementerian pendidikan pun mejadikan model edukasi ini sebagai solusi mengentaskan masalah pendidikan. Bahkan,  sekjen Kemendiknas, Fasli Jalal, mengatakan bentrok antara wartawan dengan pelajar SMA 6 disebabkan karena lemahnya pendidikan Karakter yang dimiliki siswa.
Tidak hanya itu, Motivator ESQ, Ary Ginanjar jua berpendapat sama. Dalam seminar bertajuk, “Revitalisasi Karakter Masyarakat Sulsel Berbasis Kearifan Lokal” , Jumat, 9 September 2011, ia menyoroti demo mahasiswa Makassar yang kerap berbuntuk aksi anarkisme. Ia pun mengajak pemerintah dan seluruh civitas akademika untuk mengedepankan pendidikan karakter di tingkat perguruan tinggi jika tidak ingin moral bangsa ini lenyap dalam 20 tahun ke depan.
Dua kisah diatas adalah satu cerita “keberhasilan” Lawrence Kohlberg dalam mempopulerkan gagasan Pendidikan Karakter. Lawrence Kohlberg adalah seorang profesor Psikologi Pendidikan dan Sosial di Harvard University. Ia dikenal sebagai teoritikus moral dan karakter yang berpengaruh pada abad 20. Salah satunya adalah Teori Tahapan Perkembangan Moral yang menjadi cikal bakal format Pendidikan Karakter.
Sejatinya, Pendidikan Karakter menyimpan ruang problem yang cukup lebar. Pasca Bill Clinton meminta para guru (pada tanggal 23 Januari 1997) untuk memasukkan Pendidikan Karakter sebagai kurikulum pengajaran, kehidupan remaja Amerika relatif tidak banyak mengalami kemajuan. Upaya Clinton untuk menekan angka kehamilan remaja, pemakaian drugs, kekerasan di sekolah, dan kriminalitas jalanan, bagai buntu ditengah jalan.
Kegagalan Clinton pun sudah diperkirakan oleh Edward Wyne and Kevin Ryan. Dua tokoh pendidikan ternama di Amerika menilai bahwa Pendidikan Karakter memang rentan kritik. Sebab model pendidikan ini gagal untuk menjawab pertanyaan, “Nilai-nilai apa yang harus diajarkan dalam pendidikan karakter?” tanya Wynne and Ryan.
Oleh karenanya pertanyaan Wynne dan Ryan tepat, sebab dalam pendidikan Karakter remaja yang melakukan zina belum tentu bersalah sepanjang mereka bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Tentu ini berbeda dalam Islam, sebab sebelum adanya tali pernikahan, remaja tetap berdosa jika mereka berzina terlepas mereka ingin bertanggung jawab atau tidak.
Lawrence Kohlberg: Aktor Dibelakang Invasi Kaum Yahudi ke Palestina
Para pengusung pendidikan Karakter tidak banyak tahu, siapa dan bagaimanakah Kohlberg? Seperti apa latar belakangnya dan sesungguhnya siapakah ia. Lawrence Kohlberg dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1927, di Bronxville, New York,sebuah daerah pinggiran kaya di New York City.
Ayah Kohlberg, Alfred Kohlberg, adalah importir barang dagangan Asia. Ia terkenal sebagai wirausahawan di Amerika. Sedangkan ibunya, Charlotte Albrecht, adalah seorang kimiawan amatir. Dia adalah istri kedua ayahnya. Kohlberg sendiri adalah bungsu dari empat bersaudara, ia memiliki dua kakak perempuan dan satu kakak. Orangtuanya berpisah ketika Kohlberg masih anak-anak.
Kohlberg menyelesaikan pendidikan menengahnya di Phillips Academy di Andover, Massachusetts. Walaupun sekolah ini selalu dikenal dengan standar yang ketat akademik, Kohlberg tidak terlalu tertarik pada hal-hal intelektual selama tahun SMA-nya. Sebuah informasi mutakhir dari hidupnya mencatat bahwa teman-teman sekelasnya pernah teringat tentang pengalaman Kohlberg di sekolah. Kohlberg ternyata pernah terlibat dalam kenakalan remaja yang cukup parah. “Kohlberg lebih tertarik untuk melakukan aksi pencurian ke beberapa sekolah perempuan terdekat ketimbang terlibat dalam pembelajaran teori-teori akademis,” ujar temannya seperti dikutip Encylopedia.com
Kohlberg kemudian lulus dari Phillips Academy pada tahun 1945, tetapi ia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi sampai tahun 1948 saat berdirinya Negara Israel raya. Latar belakang agama keluarga Yahudi, memiliki pengaruh signifikan pada diri Kohlberg. Ketika beranjak remaja, Kohlberg terlibat dalam pusaran arus konspirasi yang membawa bangsa Yahudi menuju Palestina. Meskipun masih terbilang muda (18 tahun), ia telah berkomitmen kepada Zionisme dan turut mengangkat senjata. Kecintaannya akan berdirinya Negara Israel raya dibuktikannya dalam menjalani aksi-aksi penuh resiko.
Ketika berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945, Kohlberg melakukan perjalanan ke Eropa. Disana ia melakukan aksi untuk menuntaskan misi pembentukan Negara Israel raya. Kohlberg pernah bertugas di Merchant Marine AS. Itu dilakukannya pasca Perang Dunia II. Dia kemudian mengajukan diri untuk membantu menyelundupkan pengungsi Yahudi keluar dari Eropa dan melalui blokade Inggris ke Palestina.Atas “keberaniannya”, Kohlberg sempat ditangkap dan ditahan pada sebuah pusat penahanan di Siprus. Pengiringan bangsa Yahudi ke Palestina termasuk kejahatan Internasional kala itu. Namun barisan militer Yahudi, Haganah, berhasil menyelamatkan Tokoh Pendidikan Karakter ini. Kohlberg pun berhasil bebas dan kembali ke Amerika pada tahun 1948.
Haganah sendiri adalah gerakan bawah tanah Yahudi yang didirikan pada tahun 1920 dengan nama resmi Irgun HaHagannah Ha’vri. Pada tahun 1920- 1930, di bawah pimpinan David Ben-Gurion, Haganah melaksanakan aksi teror dan kekerasan dengan kekuatan bersenjata kepda warga Arab dan Palestina demi mempertahankan pemukiman imigran Yahudi.
Sistem Kibbutz Yahudi: Cikal Bakal Pendidikan Karakter
Pada tahun 1969, Kohlberg mengunjungi Israel. Saat itu ia terkesan dengan sistem Komunis yang dimiliki Yahudi, yaitu Kibbutz. Dimana terdapat tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan dengan struktur-struktur dasar demokratis. Untuk lebih jelas perihal apa itu Kibbutz, dengarlah penuturan Karl Marx berikuti ini,
“Ideologi dari para pendiri kibbutz sangat dipengaruhi oleh sosialisme dan zionisme. Dasar pendiriannya dipengaruhi oleh dua dasar ideologi ini: pengalaman pahit dengan antisemitisme yag terjadi di diaspora. Mereka juga dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan patriakhalis yang diwarisi dari Eropa Timur. Dari dasar inilah para pendiri kibbutz mempraktikkan di dalam pemukiman-pemukiman mereka. Mereka menganut sistem tidak ada kelas dalam masyarakatnya. Masing-masing dari anggotanya ‘memberikan apa bisa dia perbuat’ dan ‘akan mendapatkan akan apa yang dia perlukan’”
Saat Kohlberg berkunjung ke sebuah kibbutz, ia mengamati betapa perkembangan moral orang-orang muda saat itu jauh lebih berkembang dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi bagian dari kibbutz. Ia kemudian memutuskan untuk memikirkan ulang penelitiannya saat itu dan memulai sebuah sekolah baru yang dinamai Sekolah Cluster di dalam SMA Cambridge Rindge and Latin.
Sekolah Cluster ini kemudian dikelola sebagai sebuah ‘komunitas yang adil’ di mana siswa-siswanya mempunyai hubungan dasar dan yang layak dipercaya dengan sesamanya, dengan menggunakan demokrasi dalam pengambilan semua keputusan di sekolah. Dilengkapi dengan model ini, ia mengadopsi konsep tersebut di sekolah-sekolah lainnya, bahkan juga di penjara.
Dari risetnya tentang Kibbutz ini, Kohlberg kemudian mengembangkan teori Tahapan Moral yang dinikmati banyak praktisi pendidikan dengan nama Pendidikan Karakter. “Better than anything we can conceive from our theory,” tukas Kohlberg. (Pizaro)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Mari Tambah Wawasan Kita.